Edisi November

Obesitas Dan Sistem Kekebalan Tubuh
 
Penulis: dr. Indriany Fitria HasanaH
Pasca Sarjana Sains Biomedis Universitas YARSI
 
 
Di Indonesia, 13,5% orang dewasa usia 18 tahun ke atas kelebihan berat badan, sementara itu 28,7% mengalami obesitas dan berdasarkan indikator RPJMN 2015-2019 sebanyak 15,4% mengalami obesitas. Obesitas telah dianggap sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah dan telah menjadi beban ekonomi dan kesehatan global.   
Apakah anda termasuk obesitas?
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Penyebab mendasar dari obesitas dan kelebihan berat badan adalah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan. Adanya kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi dua kategori, yakni: Obesitas tipe I, Obesitas tipe II. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yakni: obesitas sentral dan obesitas umum.
Obesitas adalah salah satu penyakit tidak menular yang paling umum dan menjadi perhatian utama bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama karena hubungannya yang erat dengan perubahan, seperti resistensi insulin dan diabetes, aterosklerosis, hipertensi, atau beberapa jenis kanker. Obesitas, seperti penyakit kronis yang disebutkan sebelumnya, terdapat komponen inflamasi. Memang, sekarang secara luas disepakati bahwa obesitas juga merupakan keadaan peradangan kronis tingkat rendah . Pada pengamatan sebelumnya, terdapat tingkat sirkulasi protein inflamasi yang lebih tinggi pada individu obesitas, tetapi saat ini diyakini bahwa peradangan berasal secara lokal di jaringan adiposa sebagai konsekuensi dari deposisi lemak yang berlebihan, dan kemudian mencapai sirkulasi darah (sistemik).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, di katakan bahwa jika batas aman lingkar perut normal untuk pria adalah 90 cm dan untuk wanita adalah 80 cm. Lingkar perut yang melebihi batas ini menandakan bahwa anda memiliki lemak perut yang berlebih. Untuk mengukur lingkar perut, anda hanya memerlukan pita pengukur. Deteksi obesitas dapat juga diketahui dengan mengukur IMT (Indeks Massa Tubuh).
Cara menghitung IMT:                  
Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) : tinggi badan (m)²
Untuk orang dewasa, WHO mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai berikut: Jika berbicara mengenai obesitas maka tidak akan lepas dengan yang dinamakan visceral fat. Visceral fat/lemak visceral adalah Lemak  yang membungkus organ dalam di balik otot ( jika lemak bawah kulit bisa di cubit, sedangkan lemak visceral tidak bisa). Lemak yang menumpuk di dalam rongga perut dan ini sangat berbahaya. Karena visceral fat sebenarnya berfungsi untuk melindungi organ internal dalam tetapi tidak boleh melebihi 10-15% dari jumlah total lemak tubuh. Jika visceral fat kita berlebih maka akan memicu berbagai macam penyakit.



Gambar 1. Perbedaan organ tubuh normal dan organ tubuh yang di tutupi lemak visceral.
Kelebihan kalori dapat menyebabkan kelebihan lemak visceral. Tidak mengherankan, lemak visceral berkembang sebagai akibat dari kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat . Beberapa faktor tersebut antara lain: Bagi orang yang menjalani gaya hidup tidak banyak bergerak dan beberapa kebiasaan tidak sehat ini maka seiring waktu, kebiasaan ini akan menyebabkan peningkatan jumlah lemak tubuh, termasuk lemak visceral.
Tanda kita mempunyai lemak visceral berlebih
Kondisi lemak visceral berlebih salah satu nya ditandai dengan perut buncit (obesitas sentral). Obesitas sentral adalah obesitas yang menyerupai apel, yaitu lemak disimpan pada bagian pinggang dan ronga perut. Penumpukan lemak ini disebabkan oleh jumlah lemak berlebih pada jaringan lemak subkutan (lemak bawah kulit) dan lemak visceral perut.  Penumpukan lemak viseral merupakan bentuk dari tidak bekerjanya jaringan lemak subkutan dalam menghadapi kelebihan energi akibat konsumsi lemak berlebih.  Dengan bertambahnya usia, prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan. Peningkatan usia akan meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat.
Obesitas sentral dapat terjadi karena adanya perubahan gaya hidup seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, rendahnya konsumsi sayuran dan buah, dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, peningkatan
umur, perbedaan jenis kelamin, dan status sosio-ekonomi diduga juga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan
dibandingkan dengan obesitas umum.
Bahaya Visceral Fat
Setiap orang memiliki lemak visceral, tetapi terlalu banyak dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius . Lemak visceral secara aktif bekerja dari dalam ke luar organ tubuh dan mengganggu fungsi tubuh. Mengeluarkan beberapa hormon dan bahan kimia. Salah satu jenis bahan kimia yang dihasilkan lemak visceral ini disebut sitokin. Sitokin memainkan peran penting dalam tubuh manusia, tetapi peningkatan kadar sitokin karena kelebihan lemak visceral dapat menjadi masalah . 
Setelah sitokin memasuki hati, dapat mempengaruhi produksi lipid darah, yang telah dikaitkan dengan kolesterol yang lebih tinggi dan resistensi insulin, berpotensi menyebabkan diabetes tipe 2, risiko kesehatan yang sangat serius. Mempertahankan jumlah lemak visceral yang tinggi dapat menyebabkan banyak komplikasi kesehatan , termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kanker, dan depresi.
Jika kita mempunyai visceral fat berlebih, bahaya nya antara lain: Sleep apnea, asma, fatty liver, batu empedu. Gangguan ginekologis seperti gangguan menstruasi, infertilitas, polycystic syndrome yang lebih kita kenal sebagai PCOS. Stroke, katarak, serangan jantung, diabetes, asam urat, hipertensi, dan kanker. Selain itu obesitas sentral dapat menyebabkan resistensi insulin. Peningkatan resistensi insulin terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar lemak dalam tubuh.
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan visceral fat berlebih  yaitu factor genetik dan lifestyle, terutama makanan. Faktor keturunan   (genetik)   merupakan   faktor   yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir. Jika salah satu orang tua obesitas, maka peluang anak akan obesitas sebesar 40- 50%. Dan apabila kedua orang tua obesitas maka peluang anak akan mengalami obesitas sebesar 70-80%.
Cara menghilangkan lemak visceral
Lemak visceral adalah lemak yang tidak bisa kita lihat, sehingga tidak selalu mudah untuk mengetahui apakah seseorang memiliki visceral fat tinggi. Karena risiko kesehatan  bisa berbahaya, penting bagi mereka yang mencurigai kadar lemak visceral mereka tinggi untuk segera merubah gaya hidup.
Biasanya, adalah mungkin untuk menghindari kadar lemak visceral yang tinggi dengan menjalani gaya hidup sehat dan aktif. Mereka yang menyimpan lemak visceral dalam jumlah yang berbahaya dapat mengurangi kadarnya dengan membuat perubahan positif pada gaya hidup mereka. Perubahan termasuk makan makanan bergizi rendah lemak, meningkatkan jumlah olahraga, dan menurunkan tingkat stres. Stres juga dapat berperan dalam menyimpan kelebihan lemak visceral. Ini karena ketika seseorang stres, tubuh mereka melepaskan hormon yang disebut kortisol, yang meningkatkan berapa banyak lemak visceral yang disimpan tubuh seseorang. Disarankan agar orang dengan kadar lemak visceral tinggi mencoba mengurangi tingkat stres mereka. Teknik relaksasi, seperti meditasi, pernapasan dalam, dan manajemen stres lainnya, dapat bermanfaat dan membantu seseorang menghilangkan lemak visceral secara lebih efisien.
Beberapa cara untuk menghilangkan lemak visceral berlebih yaitu:
  1. Mengatur asupan makanan (diet)
  1. Kurangi minuman beralkohol 
  2. Rutin berolahraga
  3. menurunkan tingkat stress
            Obesitas dan sistem imunitas
            Sistem kekebalan tubuh terdiri dari 2 yaitu sistem kekebalan bawaan dan sistem kekebalan adaptif. Fungsi dan pertahanan yang tepat yang diberikan oleh sistem ini tergantung pada proses perkembangan dan pematangan di jaringan limfoid, termasuk sumsum tulang, timus, limpa, dan kelenjar getah bening, dan koordinasi yang rumit dari respons imun bawaan dan adaptif. Sistem kekebalan bawaan berfungsi sebagai garis pertahanan pertama tubuh dalam menanggapi cedera atau patogen. Kehadiran reseptor pengenalan pola memungkinkan aktivasi proinflamasi terhadap rangsangan umum dan nonspesifik tetapi tidak memungkinkan memori imunologis jangka panjang. Sebaliknya, sistem imun adaptif terdiri dari sel limfosit B dan limfosit T, yang memungkinkan memori imunologi setelah paparan dan aktivasi oleh antigen tertentu. Aktivasi respon imun adaptif tergantung pada interaksi kritis dengan sel imun bawaan yang melibatkan presentasi antigen dan aktivasi yang dimediasi reseptor, menghasilkan sistem imun adaptif yang memiliki jeda waktu yang lebih besar antara waktu paparan respon. Upaya terkoordinasi dari sistem imun bawaan dan adaptif memungkinkan eliminasi patogen yang ditargetkan melalui mekanisme proinflamasi .
Obesitas mempengaruhi sebagian besar proses fisiologis dan memodifikasi fungsi sistem di dalam tubuh termasuk sistem kekebalan tubuh. Obesitas merusak kekebalan tubuh kita  dengan mengubah respon sitokin, mengakibatkan terjadinya penurunan respon sel sitotoksik, sel imunokompeten yang memiliki peran anti-virus, selain itu dapat mengganggu keseimbangan hormon endokrin, seperti leptin, yang mempengaruhi interaksi antara metabolisme dan sistem kekebalan.
Obesitas juga dapat menyebabkan keterlibatan molekul spesifik jaringan lemak dalam membentuk  lingkungan yang menguntungkan untuk penyakit dengan penyebab kekebalan. Sel dendritik dengan peran sebagai penghubung penting antara imunitas bawaan dan adaptif, menghasilkan dua kali lipat lebih banyak sitokin, interleukin imunosupresif sebagai kontrol, dan pada akhirnya merangsang produksi IL-4 empat kali lipat lebih banyak dari sel T alogenik. Ada juga dampak negatif dari kemampuan sel dendritik dan mendapatkan respon sel T yang tepat untuk stimulus umum seperti pada infeksi virus. keadaan obesitas dikaitkan dengan peningkatan atau penurunan total limfosit dalam darah perifer. Sel T CD8+ berkurang dan sel T CD4+ bertambah atau berkurang. Respon sel B dan T juga terganggu pada pasien obesitas, dengan penurunan respon proliferasi limfosit.
 
Kesimpulan:
Obesitas adalah hasil dari gangguan keseimbangan energi yang mengakibatkan pada penambahan berat badan. Obesitas dikaitkan dengan gangguan metabolisme yang menyebabkan terganggunya sistem kekebalan tubuh. Orang yang memiliki berat badan berlebih memiliki risiko lebih besar untuk penyakit kronis. Sel-sel sistem kekebalan tubuh memainkan peran penting dalam terjadinya obesitas dan penyakit kronis, sebagaimana dibuktikan oleh adanya aktivasi dan disfungsi leukosit dalam jaringan metabolisme seperti jaringan lemak, hati, pankreas, dan pembuluh darah. Untuk menjaga agar kesehatan tubuh tetap terjaga pada obesitas yaitu dengan cara menurunkan berat badan, diet sehat,rutin berolahraga, kurangi minuman beralkohol, menurunkan tingkat stres dan berhenti merokok.
 
  
Referensi
  1. Kementerian Kesehatan RI. Epidemi Obesitas [Internet]. Jurnal Kesehatan. 2018. p. 1–8. Available from: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/factsheet-obesitas-kit-informasi-obesitas
  2. WHO. Obesitas dan Kelebihan Berat Badan [Internet]. Obesitas dan Kelebihan Berat Badan. 2020. p. 1–6. Available from: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
  3. Puspitasari N. Kejadian Obesitas Sentral pada Usia Dewasa. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development). 2018;2(2):249–59.
  4. Seyed-Sadjadi N, Berg J, Bilgin AA, Grant R. Visceral fat mass: Is it the link between uric acid and diabetes risk? Lipids in Health and Disease. 2017;16(1):1–9.
  5. Ko YH, Wong TC, Hsu YY, Kuo KL, Yang SH. The Correlation between Body Fat, Visceral Fat, and Nonalcoholic Fatty Liver Disease. Metabolic Syndrome and Related Disorders. 2017;15(6):304–11.
  6. Obesitas K, Sentral O, Kelebihan Lemak Viseral pada Lansia Wanita dan, Maya Sofa I. The Incidence of Obesity, Central Obesity, and Excessive Visceral Fat among Elderly Women. 2018;27–35.
  7.  Ardiani HE, Permatasari TAE, Sugiatmi S. Obesitas, Pola Diet, dan Aktifitas Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi Covid-19. Muhammadiyah Journal of Nutrition and Food Science (MJNF). 2021;2(1):1.
  8. Cek Lingkar Perut Anda - Direktorat P2PTM [Internet]. [cited 2021 Oct 25]. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/cek-lingkar-perut-anda
  9. Saraswati SK, Rahmaningrum FD, Pahsya MNZ, Wulansari A, Ristantya AR, Sinabutar BM, et al. Literature Review : Faktor Risiko Penyebab Obesitas. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2021;20(1).
  10. Albashir AAD. The potential impacts of obesity on COVID-19. Clinical Medicine [Internet]. 2020 Jul 1 [cited 2021 Oct 9];20(4):e109. Available from: /pmc/articles/PMC7385759/
  11. Obesity, inflammation and the immune system | Proceedings of the Nutrition Society | Cambridge Core [Internet]. Available from: https://www.cambridge.org/core/journals/proceedings-of-the-nutrition-society/article/obesity-inflammation-and-the-immune-system/BBA951027B413AEE76E3DA11A81173F1
  12. Andersen CJ, Murphy KE, Fernandez ML. Impact of obesity and metabolic syndrome on immunity. Vol. 7, Advances in Nutrition. 2016. p. 66–75.