“MENGULIK” TUNTAS KESEHATAN BAYI DAN MP ASI
Tanggal : 02 Sep 2019 09:42 Wib
Mengetahui berat badan dan tinggi badan ideal pada bayi usia 6 – 24 bulan. Berat badan dan tinggi badan sangat menentukan status gizi bayi. Untuk itu selama masa penimbangan berat badan ketika posyandu, pemberian imunisasi dan vaksin sekira orang tua dapat hadir untuk memperhatikan kenaikan berat badan dan tinggi badan. Lalu bagaimana cara menghitung berat badan ideal bayi? Kementerian Kesehatan menjelaskan bagaimana cara perhitungan untuk melihat perkembangan BB ideal secara konvensional /BMI (Body mass index).
Hitungan Konvensional (Body Mass Index).
1. Berat Badan Ideal (BBI) bayi (anak 0‐12 bulan) BBI = (umur (bln)/2) + 4
2. BBI untuk anak (1‐10 tahun) BBI = (umur (thn) x 2) + 8 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP‐ASI)
Kebutuhan zat gizi bayi selama ini beragam dan bervariasi, tergantung dari usia dan berat badan. Selama ini orang tua hanya mengetahui bahwa ASI merupa kan kebutuhan mendasar dari Bayi. Tetapi perlu diketahui, bahwa secara alami penambahan usia bayi akan juga mempengaruhi zat gizi dari Bayi. Untuk itu diperlukan makanan tambahan sebagai penyeimbang kebutuh an dari Bayi, yaitu Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau biasa disebut dengan MP ASI. MP ASI sendiri juga memiliki tingkat variasi dan tekstur sesuai dengan usia Bayi. Biasanya MP ASI diberikan pada Bayi berumur 6 bulan sampai 24 bulan. Pada usia ini biasan ya ASI hanya mampu memenuhi sekitar 60‐70 % dari kebutuhan gizi bayi dan sisanya didapat dari MP ASI. Pemberian MP‐ASI pada saat yang tepat sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi. Proses ini juga merupa kan periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan keluarga. Periode peralihan ini dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning) yang merupakan suatu proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap dari jenis, jumlah, frekuensi maupun tekstur dan juga konsistensinya. Seorang ibu harus dapat memperhatikan kesiapan dari bayinya seperti, keteram pilan motorik (berbaring, duduk, berjalan dan berlari), indra pengecap dan penciuman. Banyak penjelasan mengenai waktu pemberian MP ASI yang tepat, salah satun ya menurut Wiliam L. dan Wilkins (2006). Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pemberian MP‐ASI yang tidak tepat dapat menyebabkan kasus diare, batuk, pilek dan panas. Hal ini biasa nya terjadi pada bayi yang diberi MP‐ASI sebelum usia 6 bulan. Selain itu, WHO (2009) juga menjelaskan bahwa pemberian MP‐ASI yang tidak tepat waktu akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Untuk usia < 4 bulan diberikan MP ASI dapat mengakibatkan risiko diare, dehidrasi, produksi ASI menurun, alergi dan gangguan tumbuh kembang. Sedangkan jika terlambat dalam pemenuhan MP ASI bisa gagal tumbuh dan kekurangan zat besi.
Selain itu, WHO (2009) juga menjelaskan bahwa penundaan pemberian MP‐ASI pada usia 6 bulan dapat menyebabkan obesitas di kemudian hari. Sedangkan pemberian MP‐ASI sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna yang dapat berakhir pada pembedahan. WHO merekomendasikan agar pemberian MP‐ASI tidak dilakukan sembarangan. Pemberian ini perlu tahapan, sesuai dengan tingkatan usia anak, yaitu 4‐6 kali sehari untuk usia 6‐8 bulan, dan menjadi 3 kali dalam sehari pada usia 9‐
24 bulan. Pemberian MP‐ASI pada bayi perlu memperhatikan 4 bagian terpenting yaitu:
1. makanan harus memenuhi standar gizi yang baik dan beragam agar dapa t menambah zat gizi bayi,
2. frekuensi untuk pemberian MP‐ASI berbeda menurut usianya.
3. porsi yang diberikan haruslah cukup, sesuai kebutuhan per hari yaitu 200 kkal,
4. berikan MP‐ASI ketika bayi sudah seles ai menyusui.
Perlu diperhatikan, pengembangan
untuk pemenuhan MP‐ASI dibagi menja di 4 tahap jenis makanan. Pertama makanan pokok; kedua, makanan dan minuman tinggi protein; ketiga, makanan sumber vitamin dan mineral; dan keempat, makanan sumber karbohidrat.
Untuk bayi berusia 6‐8 bulan, ibu bisa memberikan makanan lumat seperti bubur tim atau bubur susu. Untuk usia 8‐12 bulan, ibu bisa memberikan makanan seperti bubur nasi dan nasi tim. Sedangkan untuk usia 12‐24, ibu bisa mencoba memberikan makanan dewasa (keluarga) dengan makanan yang masih mudah untuk dikonsumsi bayi. Tetapi harus diketahui bahwa ASI harus tetap diberikan hingga anak usia 2 tahun, karena ASI masih memegang peranan penting dalam usia perkembangan dan pertumbuhan bayi. Walaupun demikian, terdapat keterkaitan antara keempat bahan pokok lainnya dengan ASI untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Hal‐hal Penting Sebelum Pemberian MP‐ASI
WHO (2002) menjelaskan bahwa terdapat 4 syarat sebelum bayi diberikan MP‐ ASI yaitu:
1. Tepat waktu: MP‐ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan gizi melebihi yang didapat dari ASI.
2. Adekuat: MP‐ASI harus mengandung cukup energi, protein dan mikronutrien serta jenis makanan yang mudah dicerna.
3. Aman: penyimpanan dan penyiapan untuk MP‐ASI harus higienis dan terak hir tepat cara pemberian ialah jumlah frekuensi MP‐ASI.
4. Tepat cara pemberian: waktu harus sesuai dengan kebutuhan, yaitu jika bayi sudah menunjukkan rasa lapar
Cara Memperkenalkan Makanan Kepada Bayi
Pengenalan jenis, tekstur dan konsistensi makanan harus secara bertahap, demikian pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Beberapa hal penting dalam memper ‐ kenalkan makanan kepada bayi diantara nya sebagai berikut:
- Tes makanan pertama kali: perguna kan bubur tepung beras kaya zat bes i, yang merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan pertama yang diberikan kepada bayi.
- Sebaiknya diberikan mulai 1‐2 sendok teh saja dahulu. Makanan tersebut diberikan setelah bayi mengkonsumsi ASI atau susu formul a.
- jumlah makanan ditambah secara bertahap sesuai dengan kebutuhan bayi.
Cara Pemberian MP‐ASI
Perlu diketahui bahwa tidak semua bayi mau diberikan MP‐ASI. Untuk itu ada beberapa cara yang bisa ibu lakukan dalam mengatasi masalah tersebut:
1. Jangan memberi MP‐ASI dengan memaksa.
2. Perkenalkan makanan secara bertahap.
3. Pemberian MP‐ASI harus sesuai denga n usianya.
4. Berikan MP‐ASI pertama yang memiliki kandungan tinggi protein dan vitamin.
Pemberian Susu Formula
Pemberian susu formula dapat ibu lakukan ketika bayi sudah berusia di atas 24 bulan. Untuk pemilihannya harus disesua ikan dengan kesukaan anak, baik rasa maupun mereknya. Tapi perlu diperhatikan juga mengenai kehigienisan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari bakteri. Pembuatan susu formula juga harus diperhatikan. Dalam pembuatan susu formula, pengenceran harus diperhatikan karenaengenceran akan mengurangi kandungan energinya. Oleh karena itu, diperlukan penambahan gula untuk menambah kandungan susu formula yang hilang akibat proses pengenceran. Untuk membuat 150 ml susu yang disesu aikan, kita dapat mencampur 100 ml dengan 50 ml air mendidih dan 10 g gula. Pemilihan susu formula dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayinya denga n melihat nilai gizi yang ada dikemasan nya.
Pemantauan Pertumbuhan Bayi
Setelah ibu memahami mengenai MP‐ASI, ada baiknya ibu juga dapat memantau pertumbuhan bayinya. Pemantauan pertumbuhan status gizi penting untuk melihat berat dan tinggi badan dalam menjamin status kesehatan gizi bayi yang optimal. Biasanya hasil pemeriksaan pertumbuhan bayi dicatat pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
yang biasa diberikan di Posyandu, Puskesmas dan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya.Dari pencatatan ini, ibu bisa memantau pertumbuhan bayi melalui grafik yang sudah ada di KMS tersebut. Hasil KMS ini harus digunakan olehpetugas kesehatan bersama‐sana denga n ibu untuk menguatkan perilaku yang dapat diadopsi guna mengoreksi keterlambatan atau kegagalan tumbuh kembang bayi. Dari data tersebut, ibu harus fokus pada konsumsi makanan yang aman untuk mencegah bayi terkena infeksi serta perawatan anak yang benar.
Berikut ini adalah beberapa situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut ketika terjadi permasalahan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi;
• Kegagalan pertumbuhan selama 1 bulan pada anak yang berusia kurang dari 6 bulan
• Pada anak yang berusia 6‐11 bulan, keterlambatan atau kegagalan tumbuh kembang akan berlangsung selama 3 bulan
Komponen Zat Gizi bagi Bayi
Zat gizi penting bagi bayi, mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi bayi. Dengan berjalannya fungsi tersebut maka diperlukan beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Berikut ini beberapa komponen zat gizi bagi bayi:
1. Karbohidrat
Karbohidrat (KH) merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. KH sendiri memiliki fungsi sebagai penyedia energi bagi tubuh dan sebagai pemberi rasa manis pada makanan, serta penghemat lemak.
2. Protein
Protein berperan untuk membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati.
3. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K; jenis vitamin yang larut dalam lemak. Fungsi lemak sendiri adalah sebag ai sumber energi (menghasilkan 9‐9,3 Kkal/g), membuat rasa kenyang
lebih lama, dan pemberi cita rasa.
4. Vitamin
Vitamin berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme. Jenis vitamin yang dibutuhkan antara lain:
1. Vitamin A untuk kesehatan mata; misalnya didapatkan pada hewan. Dari sayuran seperti wortel dan buah‐buahan, kita juga bisa mendapatkan pro‐vitamin A yang mana akan diubah menjadi vitamin A ketik a dicerna oleh tubuh.
2. Vitamin B untuk mencegah penyakit beri‐beri, kelelahan dan anemia; misalnya didapatkan pada hati, daging, susu dan sayuran serta keju.
3. Vitamin C untuk mempercepat penyembuhan luka, sumber antioksidan, dan komponen penting jaringan pengikat; terdapat pada berbagai jenis buah dan sayur sepert i tomat, semangka, jeruk, strawberry, kubis dan sayuran hijau.
4. Vitamin D untuk pertumbuhan tulan g; terdapat pada keju dan susu.
5. Vitamin E untuk mencegah kekuranga n sel darah merah, sumber anti oksidan, dan menstabilkan membran sel; terdapat pada bijibijian dan kacan g‐kacangan.
6. Vitamin K untuk membantu sintesis protein serta berperan dalam pertumbuhan sel, pembentukan tulang dan pembekuan darah; terdapat pada telur, hati, daging, sayuran, dan sayuran hijau seperti bayam, brokoli dan kubis.
5. Mineral
Merupakan zat yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu.
6. Air
Sebagai pelarut zat‐zat gizi seperti lemak dan vitamin. Selain itu, air juga berfungsi sebagai katalisator saluran cerna. (D.W)
Post Terkait
Ciptakan Keluarga Sehat dan Bergizi
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari kepala keluarga, istri, anak dan beberapa anggota lain yang berada di suatu tempat dan saling ketergantungan, baik secara moril dan non…
SelengkapnyaMewaspadai Preeklampsia pada Ibu Hamil
Raden Ajeng Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan putra tunggalnya Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat Penyebab ia meninggal dunia diduga akibat preeklampsia yaitu tekanan darah naik dan adanya kejang. Hingga saat…
SelengkapnyaSalah Satu Kelainan Jantung pada Anak
Masyarakat pada umumnya banyak beranggapan bahwa penyakit Jantung hanya bisa terjadi pada usia dewasa. Tetapi faktanya banyak juga bayi atau anak kecil terkena penyakit Jantung. Lalu bagaimana bisa bayi atau…
SelengkapnyaMengendalikan Penyakit Asma
Bagi banyak penderita asma, penentuan waktu gejala‐gejala asma berkaitan erat dengan aktivitas fisik. Beberapa orang yang sehat dapat mengembangkan gejala asma hanya ketika berolahraga dan disebut exerciseinduced bronchoconstriction (EIB) atau…
SelengkapnyaKetahanan Pangan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kekurangan makanan dapat menyebabkan berbagai masalah bagi manusia, terutama masalah kesehatan. Berbagai masalah kesehatan yang timbul sebagian besar berkaitan dengan makanan. Misalnya,…
SelengkapnyaDari Redaksi
Kolom
Artikel
PENGGUNAAN PROPOELIX™ UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH PADA SUBJEK PENELITIAN YANG SEHAT
10 Sep 2021 02:09 Artikel Penelitian
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Perlindungan Hak Kesehatan Bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa
09 Jul 2020 16:27 Artikel Penelitian
Perbandingan Dua Tabung Sitrat Pada Pemeriksaan Faal Hemostasis
09 Jul 2020 16:18 Artikel Penelitian
Tata Laksana Koinfeksi HIV dan Hepatitis C : Fokus Pada Direct Acting Antiviral (DAA)
09 Jul 2020 15:57 Tinjauan Pustaka
Retensio Urine Post Partum
09 Jul 2020 13:41 Tinjauan Pustaka
Perbandingan Dua Tabung Sitrat Pada Pemeriksaan Faal Hemostasis
09 Jul 2020 16:18 Artikel Penelitian
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Perlindungan Hak Kesehatan Bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa
09 Jul 2020 16:27 Artikel Penelitian
PENGGUNAAN PROPOELIX™ UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH PADA SUBJEK PENELITIAN YANG SEHAT
10 Sep 2021 02:09 Artikel Penelitian
Kegiatan
FIK UI Rancang Strategi untuk Memutus Rantai Infeksi pada Anak Sekolah
10 Jul 2020 10:16 Kegiatan
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) meresmikan Empat Ruang Pendukung Pendidikan Akademik
10 Jul 2020 10:06 Kegiatan
Fakultas Farmasi UI Resmikan Laboratorium dan Ruang Apotek Simulasi
10 Jul 2020 10:00 Kegiatan
Deteksi Dini Saraf Penciuman, Cegah Kerusakan Otak !
02 Sep 2019 09:43 Kegiatan