Ketahanan Pangan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

Tanggal : 30 Sep 2018 08:14 Wib



Mengingat pentingnya pangan bagi masyarakat, ketahanan pangan menjadi hal yang harus diperhatikan. Berdasarkan UU No. 18/2012 tentang Pangan, ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan dan terjangkau seluruh individu setiap saat. Ketahanan pangan dan perbaikan gizi merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, jika kita membahas mengenai ketahanan pangan, kita juga harus membicarakan perbaikan gizi, begitu pula sebaliknya. Keadaan gizi masyarakat juga merupakan salah satu indikator utama ketahanan pangan. Ketahanan pangan nasional kerap menghadapi tantangan, baik dari lingkungan dalam negeri maupun global.
Di Indonesia, pangan juga masih menjadi salah satu masalah yang rumit. Pemerintah Indonesia berusaha mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pangan dengan meningkatkan pasokan melalui peningkatan produksi beras dan mengembangkan tanaman bernilai lebih tinggi. Namun strategi ini terbukti tidak efektif sebab walaupun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, masih ada 19,4 juta warga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan sehari‐hari. 
Tantangan ketahanan pangan yang sering muncul dari dalam negeri seperti penyediaan lahan pertanian produktif, penyediaan infrastruktur pertanian yang memadai, stabilisasi harga pangan dalam negeri, distribusi pangan yang merata dalam lingkup wilayah geografis yang luas, dan menjamin sistem produksi pangan yang tahan terhadap gangguan bencana alam. Sementara itu, di lingkungan global diwarnai oleh perubahan iklim yang sangat drastis; konflik pemanfaatan global terhadap sumberdaya pertanian bagi penyediaan pangan, pakan, dan energi; semakin protektifnya negara maju terhadap produk pangan dan sektor pertanian; serta format perdagangan bebas melalui World Trade Organization (WTO). 

Masalah Kesehatan Terkait Pangan
Sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat, permasalahan pangan menyebabkan berbagai masalah lain bagi masyarakat, terutama masalah kesehatan. Permasalahan kesehatan yang dapat muncul terkait pangan adalah masalah gizi. Keberhasilan tumbuh kembang pada masa anak‐anak sangat menentukan kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, diantaranya faktor gizi, kesehatan, dan pola asuh yang terkait satu sama lain. Anak balita merupak an kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehata n dan gizi. 
Ketahanan pangan keluarga merupa kan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi jumlah, mutu, dan ragamnya sesuai dengan budaya setempat. Ketahanan pangan keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan
daya beli, dan keterjangkauan keluarga dalam memenuhi pangan. Ketersediaan pangan keluarga akan dipengaruhi oleh faktor keterjangkauan (jarak) dan kemampuan daya beli keluarga terhadap bahan makanan. Bila keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menyediakan makanan karena jarak tepuh untuk mendapatkan makanan tidak terjangkau atau tidak mampu membeli karena segi ekonomi, maka keluarga tersebut dikatakan tidak tahan pangan. Kondisi ketahanan pangan yang menurun, akan berakibat pada kurangnya pemenuhan gizi anggota keluarga.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS) 2013, secara nasional, prevalensi gizi kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi memiliki prevalensi gizi kurang dan sangat kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2 persen sampai dengan 33,1 persen. Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90% kontribusi masalah gizi dunia. Hal ini sangat erat kaitannya dengan ketidakstabilang pangan yang terjadi di Indonesia sehingga menyebabkan kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat, terutama balita. Rendahnya status gizi balita ber kaitan erat dengan berbagai penyakit infeksi yang masih banyak terjadi di Indonesia. Tingginya prevalensi gizi kurang balita juga mengakibatkan penurun an kualitas sumber daya manusia di masa depan. 


Upaya mengatasi masalah pangan di Indonesia

Dalam mengatasi berbagai masalah pengelolaan pangan di Indonesia, pemerintah sebenarnya telah mengambil berbagai langkah. Setidaknya, terdapat lima upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pangan di Indonesia. Pertama, harus adanya peningkatan kualitas pangan yang didukung oleh berbagai pihak terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola sektor pangan. Kedua, BUMN pangan sebagai agen pembangunan harus bisa menciptakan stabilitas harga pangan. Agar gejolak harga pangan yang kerap kali terjadi tidak menjadi suatu hal yang sulit untuk ditangani. 
Ketiga, dengan terciptanya peningkatan kualitas pangan dan stabilitas harga pangan, maka perbaikan gizi pun perlu dikontrol perkembangannya, agar tidak ada lagi istilah gizi buruk yang terjadi di masyarakat. Keempat, mitigasi gangguan terhadap pangan pun perlu dilakukan. Kelima, guna menciptakan peningkatan kualitas pangan, peningkatan kesejahteraan petani pangan pun perlu diperhatikan. Mengingat petani adalah ujung tombak peningkatan pasokan pangan. 

Hari Pangan Sedunia dan Nasional
Masalah pengelolaan pangan bukanlah masalah yang dapat dianggap sepele. Masalah pangan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Permasalahan gizi, seperti gizi kurang dan gizi buruk tidak akan pernah selesai tanpa adanya upaya untuk memastikan ketahanan pangan dan pengelolaan pangan yang baik. 
Setiap bulan September biasanya diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia. Hal ini merupakan momentum untuk mengingatkan kita kembali bahwa kesehatan membutuhkan dukungan seluruh sektor, terutama sektor pangan. Dalam momentum Hari Pangan Sedunia
ini, semoga menjadi pengingat bagi pemer intah dan masyarakat untuk terus menjaga kedaulatan pangan demi mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi‐tingginya. (NF)

Post Terkait

Ciptakan Keluarga Sehat dan Bergizi

Tanggal Publikasi: 10 Jul 2020 17:47 | 251 View

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari kepala keluarga, istri, anak dan beberapa anggota lain yang berada di suatu tempat dan saling ketergantungan, baik secara moril dan non…

Selengkapnya

“MENGULIK” TUNTAS KESEHATAN BAYI DAN MP ASI

Tanggal Publikasi: 02 Sep 2019 09:42 | 235 View

Setiap tanggal 23 Juli, kita selalu memperingati Hari Anak Nasional. Anak merupakan generasi penerus bangsa, untuk itu sepatutnya anak selau dijaga dan diperhatikan terutama dari segi kesehatan. Dalam dunia kesehatan…

Selengkapnya

Mewaspadai Preeklampsia pada Ibu Hamil

Tanggal Publikasi: 14 Aug 2019 13:35 | 1226 View

Raden Ajeng Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan putra tunggalnya Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat Penyebab ia meninggal dunia diduga akibat preeklampsia yaitu tekanan darah naik dan adanya kejang. Hingga saat…

Selengkapnya

Salah Satu Kelainan Jantung pada Anak

Tanggal Publikasi: 12 Jul 2019 15:00 | 522 View

Masyarakat pada umumnya banyak beranggapan bahwa penyakit Jantung hanya bisa terjadi pada usia dewasa. Tetapi faktanya banyak juga bayi atau anak kecil terkena penyakit Jantung. Lalu bagaimana bisa bayi atau…

Selengkapnya

Mengendalikan Penyakit Asma

Tanggal Publikasi: 12 Jun 2019 16:47 | 1830 View

Bagi banyak penderita asma, penentuan waktu gejala‐gejala asma berkaitan erat dengan aktivitas fisik. Beberapa orang yang sehat dapat mengembangkan gejala asma hanya ketika berolahraga dan disebut exerciseinduced bronchoconstriction (EIB) atau…

Selengkapnya