Osteoartritis (OA) Mengganggu Kualitas Hidup

Tanggal : 30 Aug 2018 13:14 Wib



     Prevalensi OA di Indonesia mencapai 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun menderita OA. Sebanyak 80% penderita OA mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan hingga berat yang yang berdampak pada gangguan kualitas hidupnya. OA juga bersifat kronik-progresif sehingga mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.
     OA merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas.
     OA paling sering mengenai lutut, panggul, tulang belakang dan pergelangan kaki. Tanda dan gejala OA berkembang perlahan seiring berkembangnya waktu. Gejala yang sering terjadi yaitu rasa nyeri selama gerakan tubuh atau setelah gerakan, sendi terasa lembut ketika ditekan, adanya kekakuan sendi ketika bangun tidur dipagi hari atau setelah inaktivitas, kehilangan fleksibilitas sendi sehingga sulit menggerakan sendi, rasa “kisi-kisi” ketika menggunakan sendi untuk bergerak, dan adanya tulang “spurs” yang terasa seperti benjolan keras di sekitar sendi yang terkena.
     Menurut Arthritis Research UK, menyimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, obesitas, rasa tau genetik, dan trauma pada sendi mempunyai kolerasi terhadap terjadinya OA. Prevalensi penyakit OA meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang terkait usia pada kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang.
     OA saat ini tidak lagi dianggap penyakit degeneratif, namun usia tetap merupakan salah satu faktor risikonya. Usia diatas 65 tahun, hanya 50% memberikan gambaran radiologis sesuai OA, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA nya. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa jika makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan untuk terkena OA. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025 populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990. Artinya, angka kejadian OA pun kemungkinan akan terus meningkat.
     Wanita juga lebih cenderung terkena OA dibanding pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan seharian juga mempengaruhi timbulnya OA, terutama pada atlet dan orang-orang dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mangetik atau mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena OA. Hal ini adalah karena terjadinya cedera dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu.
     Gaya hidup mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita OA. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat membantu mengurangi keluhan OA. Peningkatan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut dan pinggul. Diet yang sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang sehat berserta olahraga dapat menurunkan terjadinya OA.

     Menurut The American Geriatrics Society, kurang aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko untuk banyak penyakit pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien OA akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Diagnosis OA ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, namun demikian, pemeriksaan penunjang diperlukan untuk memastikan diagnosis dan mengetahui derajat kerusakan sendi.
     Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan OA. Pengobatan yang ada hingga saat ini hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri, mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena, dan meningkatkan kualitas hidup. Pilihan pengobatan dapat berupa olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-obatan. Jika semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi yang terkena. Prosedur pembedahan (misal osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk pasien dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mampu mempengaruhi kualitas hidup.
     Pencegahan dan pengobatan OA bisa dilakukan dengan perubahan gaya hidup yang secara signifikan dapat menurunkan gejala OA.
  1. Olahraga dapat meningkatkan daya tahan dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi. Olahraga membuat sendi lebih stabil. Olahraga yang dapat dilakukan seperti berjalan, bersepeda, atau berenang. Apabila merasakan nyeri baru ketika berolahraga, maka olahraga dapat dihentikan. Olahraga pada penderita OA sebaiknya tidak berlebihan, jika hari ini merasakan nyeri maka olahraga dapat dihentikan dan dilanjutkan hari berikutnya dengan intensitas yang sedikit lebih rendah.
  2. Obesitas dapat meningkatkan stres pada sendi yang menahan beban, seperti lutut dan pinggul. Bahkan sedikit penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan dan mengurangi rasa sakit. Penurunan berat badan biasanya dilakukan dengan perubahan pola makan sekaligus perubahan aktivitas fisik.
  3. Menggunakan kompres panas dan dingin untuk mengelola nyeri pada sendi. Kompres panas dapat mengurangi kekakuan sendi, sedangkan kompres dingin dapat meredakan kejang otot dan nyeri.
  4. Menggunakan krim nyeri OTC (over the counter) yang mampu menghilangkan rasa nyeri dengan menciptakan sensasi panas dan dingin.
  5. Menggunakan alat bantu yang dapat memudahkan penderita OA menjalani hari tanpa menekan sendi yang menyakitkan. Tongkat dapat menurunkan beban berat badan dari lutut atau pinggul saat berjalan.  Alat menggenggam dapat digunakan sebagai alat bantu terapi untuk OA jari-jari tangan.
  6. Beberapa studi menunjukkan bahwa akupunktur dapat mengurangi rasa sakit dan memperbaiki fungsi pada orang yang menderita OA lutut. Selama akupunktur, jarum-jarum tipis dimasukkan ke kulit di tempat-tempat yang tepat sesuai gejala OA yang dialami penderita.
     OA mungkin tidak dapat disembuhkan, tetapi gejala OA dapat dikurangi dan OA dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup agar penderita tetap memiliki kualitas hidup yang baik dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Post Terkait

Ciptakan Keluarga Sehat dan Bergizi

Tanggal Publikasi: 10 Jul 2020 17:47 | 251 View

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari kepala keluarga, istri, anak dan beberapa anggota lain yang berada di suatu tempat dan saling ketergantungan, baik secara moril dan non…

Selengkapnya

“MENGULIK” TUNTAS KESEHATAN BAYI DAN MP ASI

Tanggal Publikasi: 02 Sep 2019 09:42 | 236 View

Setiap tanggal 23 Juli, kita selalu memperingati Hari Anak Nasional. Anak merupakan generasi penerus bangsa, untuk itu sepatutnya anak selau dijaga dan diperhatikan terutama dari segi kesehatan. Dalam dunia kesehatan…

Selengkapnya

Mewaspadai Preeklampsia pada Ibu Hamil

Tanggal Publikasi: 14 Aug 2019 13:35 | 1229 View

Raden Ajeng Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan putra tunggalnya Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat Penyebab ia meninggal dunia diduga akibat preeklampsia yaitu tekanan darah naik dan adanya kejang. Hingga saat…

Selengkapnya

Salah Satu Kelainan Jantung pada Anak

Tanggal Publikasi: 12 Jul 2019 15:00 | 522 View

Masyarakat pada umumnya banyak beranggapan bahwa penyakit Jantung hanya bisa terjadi pada usia dewasa. Tetapi faktanya banyak juga bayi atau anak kecil terkena penyakit Jantung. Lalu bagaimana bisa bayi atau…

Selengkapnya

Mengendalikan Penyakit Asma

Tanggal Publikasi: 12 Jun 2019 16:47 | 1850 View

Bagi banyak penderita asma, penentuan waktu gejala‐gejala asma berkaitan erat dengan aktivitas fisik. Beberapa orang yang sehat dapat mengembangkan gejala asma hanya ketika berolahraga dan disebut exerciseinduced bronchoconstriction (EIB) atau…

Selengkapnya