ALZHEIMER DAN KESEHATAN OTAK

Tanggal : 12 Jul 2019 15:00 Wib


​Penyakit Alzheimer sendiri biasa nya menyerang Lanjut Usia (Lansia) > 65 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat menyerang di usia < 65 tahun. Kemenkes (2016), juga menjelaskan bahwa terjadi peningkatan persentase penyakit tersebut seiring bertambahnya usia. Untuk usia 69 tahun terjadi peningkatan sekitar 0,5 persen, usia 70‐74 sekitar 1 persen, usia 75‐79 tahun sekitar 1 persen, untuk usia 80‐84 tahun sekita r 3 persen dan untuk usia > 85 tahun sekitar 8 persen.  
Gejala yang ditimbulkan biasanya lupa setelah atau sebelum melakukan kegiatan, mudah emosi dan perubahan perilaku. Gejala ini akan berkembang dan bertambah buruk dari waktu ke waktu sehingga dapat mengganggu tugas sehari‐hari. Dalam perkembangannya di dalam otak biasanya perubahan awal yang sering terjadi dan perubahan itu akan semakin parah, karena sel‐sel otak mengalami kerusakan hingga tidak dapat ditangani lagi. Berikut ini adalah 3 tahapan gejala penderita Alzheimer :
1. Gejala ringan
Pada tahap ini penderita dapat melakukan hal‐hal secara sendiri, seperti mengemudi, bekerja dan melakukan kegiatan sosial. Tetapi ada tahapan dimana gejala ringan ini timbul dan dirasakan oleh keluarga atau orang terdekat, seperti; salah menyebutkan nama, kesulitan mengingat naka saat diperkenalkan dengan orang baru, kesulitan mengingat, kehilangan atau salah penempatan objek, hingga kesulitan dengan suatu perencanaan dan pengor ganisasian.
2. Gejala sedang
Tahap ini merupakan tahap terpanjang dan dapat berlangsung bertahun‐tahun seiring dengan berkembangnya penyakit. Gejala yang timbul dalam tahap ini seperti bahasanya membingungkan, mudah frustasi atau marah‐marah, bertindak dengan cara yang tidak terduga, disorientasi tempat sehingga mudah tersesat, bingung dalam menentukan kebutuhan sehari (berpakaian), perubahan pola tidur hingga kesulitan untuk menahan buang air kecil. Pada tahapan ini perlu adanya
perawatan dan pendampingan dari keluarga terdekat.
3. Gejalan berat
Gejala ini sudah terlihat bahwa penderita Alzheimer sudah dalam tahapan ke Demensia. Biasanya gejal a‐gejala yang timbul seperti;
Perubahan kemampuan fisik, seperti berjalan, duduk dan menelan. Selain itu sulit untuk berkomunikasi, rentan terhadap penyakit infeksi, terutama pneumonia. Dalam tahapan ini perlu ada pendampingan setiap hari dari keluarga terdekat.
Lalu bagaimana Alzheimer dapat menyerang organ tubuh lain? Alzheimer dapat menyerang bagian tubuh lain sehingga membuat penurunan fungsi bagi organ tubuh lain. Cara kerja seperti ini; otak memiliki 100 miliar sel saraf atau biasa disebut dengan neuron. Setiap selsaraf terhubung dengan banyaknya sel lain sehingga membentuk sebuah jaringan komunikasi. Sel saraf sendiri memiliki kelompok khusus dalam pekerjannya. Seperti untuk berpikir, belajar dan mengingat. Selain itu untuk bisa melihat, mendengar serta mencium dan lain-lain. Selain mengerjakan pekerjaan di atas sel juga membantu dalam menyimpan informasi dan dapat berkomunikasi dengan sel lainnya. Alzheimer sendiri memiliki peranan dalam menghambat atau mencegah sel‐sel tersebut untuk berkomunikasi dengan sel lainnya, sehingga sel‐sel tersebut tidak berkerja sebagai mana mestinya hingga sel‐sel tersebut mati hingga tidak dapat diperbaiki dengan otak.
Penyakit Alzheimer memang tidak dapat dihindarkan, karena Lansia nanti akan masuk dalam tahapan atau fase‐fase tersebut. Tetapi apa ada cara dalam mengurangi faktor‐faktor atau gejala‐gejala dari Alzheimer? Ada, berikut ini dijelas kan beberapa cara untuk mengurangi faktor dari Alzheimer menurut Alzheimer’s Indonesia dan penelitian lainnya;
1. Menjaga kesehatan jantung
Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes & obesitas semuanya merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko terkena stroke/serangan jantung, yang dapat berkontribusi mengembang kan demensia di kemudian hari. Masalah ini dapat dicegah melalui pilihan gaya hidup sehat.
2. Bergerak, berolahraga produktif
Aktivitas fisik dan olahraga adalah cara pencegahan yang sangat efektif karena membantu mengontrol tekanan darah dan berat badan, serta mengurangi risiko diabetes tipe II dan beberapa bentuk kanker. Ada jug a beberapa bukti dari riset
yang menunjukkan bahwa beberapa jenis aktiv itas fisik dapat mengurangi risiko terkena demensia, salah satun ya poco‐poco. Sudah terbukti bahwa olahraga membuat kita merasa senang dan merupakan kegiatan yang cocok untuk dilakukan dengan teman dan keluarga. Selain itu penelitian dari Stephen, dkk (2018), menjelaskan bahwa melakukan aktivitas fisik, dengan frekuensi, jenis dan intensitas yang baik dapat mencegah terjadinya Alzheimer.
3. Mengkonsumsi sayur/buah (gizi seimbang)
Makanan adalah bahan bakar untuk otak dan tubuh. Kita dapat membantu keduanya berfungsi denga n baik dengan makan makanan yang sehat dan seimbang. Riset menunjukkan bahwa diet tipe Mediterania, kaya sereal, buah-buahan, ikan, kacang‐kacangan dan  sayuran dapat membantu mengurangi risiko demensia. Sementara studi lebih lanjut diperlukan pada manfaat makanan atau suplemen tertentu, namun kita tahu bahwa makan banyak makanan yang tinggi lemak jenuh, gula dan garam dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi dan sebaiknya dihinda ri. Penelitian dari Jiang, dkk (2017), menjelaskan bahwa meningkat kan konsumsi buah dan sayuran dapat menghambat penurunan risiko gangguan kognitif.
4. Menstimulasi otak, fisik – mental – spiritual
Dengan menantang otak dengan aktivitas baru, kalian dapat membantu membangun neuron otak baru dan memperkuat koneksi di antara mereka. Ini dapat melawan efek berbahaya penyakit Alzheimer dan patologi demensia lainnya. Dengan menantang otak kalian, kalian dapat mempelajari beberapa hal baru. Jadi bagaimana belajar bahasa baru atau mengambil hobi baru dan membaca akan menstimulasi otak untuk selalu mengingat. Penelitian dari Salamizade (2017)
menjelaskan bahwa pengasuhan keluarga dapat meningkatkan spiritual dari penderita Alzheimer.
5. Bersosialisasi dan beraktifitas positif
Kegiatan sosial juga bermanfaat bagi kesehatan otak karena mereka menstimulasi otak kita, membantu mengurangi risiko demensia dan depresi. Cobalah dan luangkan waktu untuk teman dan keluarga. Menurut Shaji dkk (2018) dari India menjelaskan bahwa dukungan keluarga dan masyarakat sekitar serta mudah dalam bersosialisasi dapat merubah psikologi penderita Alzheimer. (D.W)
 

Post Terkait

Permasalahan Dalam Mendapatkan Keturunan

Tanggal Publikasi: 10 Jul 2020 17:48 | 2151 View

Bagi sebagian pasangan, memiliki anak adalah perkara mudah. Sedang bagi sebagian lainnya, memiliki anak terasa seperti perjuangan panjang. Hal ini umumnya disebabkan oleh beberapa kesalahan yang membuat orang tua susah…

Selengkapnya

YUK, CUCI TANGAN DENGAN SABUN

Tanggal Publikasi: 02 Sep 2019 09:43 | 1114 View

Tangan merupakan salah satu organ tubuh manusia penting dalam setiap melakukan kegiatan. Salah satu kegiatannya ialah sebagai perantara antara makanan dan mulut. Untuk itu kehigenisan tangan patut menjadi perhatian untuk…

Selengkapnya

Hepatitis A, Seberapa Bahaya?

Tanggal Publikasi: 14 Aug 2019 13:39 | 5039 View

Belum lama ini kita mendengar adanya status KLB (Kejadian Luar Biasa) hepatitis A di Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Pemerintahan Kabupaten Pacitan menetapkan status KLB pada wabah hepatitis A setelah ratusan…

Selengkapnya

BERSAHABAT DENGAN LUPUS “SI PENIRU ULUNG”

Tanggal Publikasi: 12 Jun 2019 02:12 | 3207 View

Lupus atau LES (Lupus Erite ‐ matosus Sistemik) merupa kan salah satu jenis penyakit auto imun yang bersifat kronis dan hingga saat ini penyebabnya belum diketahui. Penyakit autoimun adalah suatu…

Selengkapnya

Mari Mengenal Autisme

Tanggal Publikasi: 07 May 2019 03:53 | 1604 View

Autisme semakin akrab dengan masyarakat modern. Sayangnya, sebagian besar penduduk Indonesia mungkin masih asing dengan autisme, apa itu autis, penanganan autis seperti apa, autis menular atau tidak dan banyak pertanyaan‐pertanyaan…

Selengkapnya